Adalah putra Afra, seorang hamba sahaya yang berasal dari Bani Najjar. Begitupun ayahnya, Harits bin Rifa’ah, ia berasal dari Bani Najjar dan termasuk salah seorang di antara 6 yang masuk Islam pertama kali dari kaum Anshar di Makkah. Beliau turut dalam bai’at Aqabah pertama dan kedua.
Siapa sangka di antara pasukan Rasulullah Saw. dalam perang Badar, terdapat dua bocah belia yang, Abdurrahman bin Auf pun ketika melihatnya, mengerut dan meragukan kemampuannya. Keduanya adalah saudara kandung. Mereka bernama ‘Auf bin Harits dan Mu’awwadz bin Harits. Dengan usia yang teramat muda, mereka merapatkan diri dalam barisan Rasulullah saat berhadapan dengan kafir Quraisy.
Ketika kedua pasukan saling berhadapan di medan pertempuran, dengan semangat yang menyala-nyala ‘Auf bin Harits bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, apa yang membuat Allah tertawa melihat hamba-Nya?”
Rasulullah Saw. tersenyum teduh, lalu menjawab, “Saat melihatnya menceburkan diri di tengah-tengah peperangan, lalu dia berperang tanpa mengenakan baju besi.”
Mendengar penuturan Rasulullah tersebut, ‘Auf bin Harits tanpa berpikir panjang melepas baju besinya. Ia maju menyerbu bersama saudaranya, Mu’awwadz bin Harits. Sementara dalam suasana tengah berkecamuk pertempuran itu, tak sengaja Abdurrahman bin Auf menoleh ke samping dan melihat keduanya.
Abdurrahman bin Auf menuturkan, “Sesungguhnya aku berada dalam barisan pasukan pada waktu perang Badar. Ketika aku menoleh, aku melihat di samping kiri dan kananku ada dua orang pemuda yang masih muda belia usianya, rasa-rasanya aku belum yakin pada kemampuan mereka berdua ketika salah seorang di antaranya bertanya kepadaku dengan berbisik-bisik supaya tidak didengar kawannya, “Wahai Paman, tunjukkan padaku Abu Jahal!”
Abdurrahman bin Auf setengah tak percaya. “Wahai putra saudaraku, apa yang hendak kau perbuat dengannya?” tanyanya terheran-heran.
Ia menjawab, “Aku telah berjanji kepada Allah, jika sampai aku melihatnya, aku akan membunuhnya atau aku akan mati karenanya.”
Merasa perlu membantu bernegosiasi, saudaranya menimpali bertanya, dengan berbisik-bisik pula. Maka Abdurrahman bin Auf pun menunjuk ke arah Abu Jahal. Tanpa menunggu lama keduanya berlari menyerbu ke arah Abu Jahal seperti dua ekor elang. Keduanya menerkam Abu Jahal dengan pedangnya dan berhasil menghantamnya hingga luka parah. Namun Abu Jahal segera mengendalikan diri dan membalas menyerang kedua bocah tersebut sebelum kemudian mereka berdua, ‘Auf dan Mu’awwadz, menemui syahidnya. Sedangkan Abu Jahal sendiri jatuh tersungkur dan kemudian diinjak oleh Abdullah bin Mas’ud r.a..
Siapa sangka di antara pasukan Rasulullah Saw. dalam perang Badar, terdapat dua bocah belia yang, Abdurrahman bin Auf pun ketika melihatnya, mengerut dan meragukan kemampuannya. Keduanya adalah saudara kandung. Mereka bernama ‘Auf bin Harits dan Mu’awwadz bin Harits. Dengan usia yang teramat muda, mereka merapatkan diri dalam barisan Rasulullah saat berhadapan dengan kafir Quraisy.
Ketika kedua pasukan saling berhadapan di medan pertempuran, dengan semangat yang menyala-nyala ‘Auf bin Harits bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, apa yang membuat Allah tertawa melihat hamba-Nya?”
Rasulullah Saw. tersenyum teduh, lalu menjawab, “Saat melihatnya menceburkan diri di tengah-tengah peperangan, lalu dia berperang tanpa mengenakan baju besi.”
Mendengar penuturan Rasulullah tersebut, ‘Auf bin Harits tanpa berpikir panjang melepas baju besinya. Ia maju menyerbu bersama saudaranya, Mu’awwadz bin Harits. Sementara dalam suasana tengah berkecamuk pertempuran itu, tak sengaja Abdurrahman bin Auf menoleh ke samping dan melihat keduanya.
Abdurrahman bin Auf menuturkan, “Sesungguhnya aku berada dalam barisan pasukan pada waktu perang Badar. Ketika aku menoleh, aku melihat di samping kiri dan kananku ada dua orang pemuda yang masih muda belia usianya, rasa-rasanya aku belum yakin pada kemampuan mereka berdua ketika salah seorang di antaranya bertanya kepadaku dengan berbisik-bisik supaya tidak didengar kawannya, “Wahai Paman, tunjukkan padaku Abu Jahal!”
Abdurrahman bin Auf setengah tak percaya. “Wahai putra saudaraku, apa yang hendak kau perbuat dengannya?” tanyanya terheran-heran.
Ia menjawab, “Aku telah berjanji kepada Allah, jika sampai aku melihatnya, aku akan membunuhnya atau aku akan mati karenanya.”
Merasa perlu membantu bernegosiasi, saudaranya menimpali bertanya, dengan berbisik-bisik pula. Maka Abdurrahman bin Auf pun menunjuk ke arah Abu Jahal. Tanpa menunggu lama keduanya berlari menyerbu ke arah Abu Jahal seperti dua ekor elang. Keduanya menerkam Abu Jahal dengan pedangnya dan berhasil menghantamnya hingga luka parah. Namun Abu Jahal segera mengendalikan diri dan membalas menyerang kedua bocah tersebut sebelum kemudian mereka berdua, ‘Auf dan Mu’awwadz, menemui syahidnya. Sedangkan Abu Jahal sendiri jatuh tersungkur dan kemudian diinjak oleh Abdullah bin Mas’ud r.a..
0 komentar:
Posting Komentar