Sang Hyang Ismaya mengamuk, berbagai teknologi persenjataan ia keluarkan
untuk mengalahkan lawannya. Sama halnya dengan sang lawan, Sang Hyang
Tejamantri, dengan sekuat tenaga ia menahan gempuran-gempuran dari
musuhnya.
Pertempuaran dua bersaudara, yang terjadi di Kahyangan, sebuah negeri
nun jauh di sana di luar bumi, telah meluluh lantak-kan wilayah
sekitarnya. Gunung-gunung dibikin hancur, bahkan akibat dahsyatnya adu
kesaktian ini, berakibat merusak tubuh mereka berdua.
Sang Penguasa Kahyangan, Sang Hyang Tunggal langsung turun ke lapangan,
mererai pertempuran kedua anaknya. Alhasil keduanya diusir dari
Kahyangan, keduanya diperintahkan turun ke bumi, Sang Hyang Ismaya
(Semar) mendapat tugas membimbing penguasa berwatak baik dan Sang Hyang
Tejamantri (Togog), ditugaskan membimbing penguasa bumi yang berwatak
jahat.
Penghuni Langit Pewayangan, bukanlah Penghuni Surga
Kisah di atas, tentu sangat populer di kalangan pecinta wayang. Cerita
yang telah berumur ratusan tahun itu, berulang-ulang dikisahkan kembali
oleh Sang Dalang.
Tentu semua maklum, yang dimaksud Kahyangan bukanlah surga dalam
pemahaman Islam. Karena Kahyangan pada Pewayangan adalah sebuah wilayah
yang di pimpin Raja Dewa, yang memiliki istri dan anak.
Bahkan penduduk Kahyangan digambarkan, sering hilir mudik ke bumi, dan
ada beberapa diantaranya, berkeluarga dengan penduduk bumi.
Penguasa Mataram, Keturunan Bidadari
Selain Para Dewa, masyarakat kita juga mengenal Penghuni Langit yang lain, yang disebut Bidadari.
Bidadari digambarkan sebagai wanita yang berwajah rupawan, sama halnya
dengan Para Dewa, Bidadari ini juga diceritakan sering berpergian menuju
bumi.
Dalam dunia genealogy, kita mengenal nama Dewi Nawang Sih, istri dari
Raden Bondhan Kejawan (Lembu Peteng). Mereka berdua dikaruniai anak
bernama Raden Depok (Ki Ageng Getas Pandowo).
Melalui zuriat Raden Depok inilah, akan muncul penguasa Mataram Islam
pertama, sekaligus leluhur para Bangsawan Jawa, yaitu Raden Danang
Sutowijoyo (Panembahan Senopati).
Siapakah Dewi Nawang Sih ?
Berdasarkan kisah legenda, beliau adalah puteri Jaka Tarub, yang menikah dengan seorang Bidadari yang bernama Dewi Nawang Wulan.
Terlepas akan kebenaran Legenda keberadaan Sang Hyang Ismaya (Semar) dan
Dewi Nawang Wulan, kisah-kisah itu telah memberi isyarat kepada kita,
bahwa sejak dahulu kala, manyarakat di Nusantara telah mempercayai
adanya makhluk berakal lain di luar bumi, yang oleh masyarakat barat
di-istilahkan sebagai Alien.
MENGENAI DALIL DIATAS PENGUATANNYA:
Beberapa dalil tentang keberadaan Para Penghuni Langit…
Hadis (1) : Penghuni Langit dibedakan dengan Malaikat
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya,
serta para penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang ada di dalam
lubangnya dan juga ikan, akan mendo’akan orang yang mengajarkan kebaikan
kepada ummat manusia”.
(At-Tirmidzi, Kitab “al-’Ilm”, Bab “Maa Jaa-a fii Fadhlil Fiqhi ‘alal
‘Ibaadah” (V/50, no. 2685). Dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab
Shahiih Sunanut Tirmidzi (II/343). Lihat pula kitab Misykaatul
Mashaahiih dengan tahqiq al-Albani (I/74, no. 213).
Note : Pada Hadis di atas, Rasulullah membedakan antara Malaikat dengan Penghuni Langit.
Hadis (2) : Berita tentang Ya’juj dan Ma’juj
“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah
satu gunung di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “kita telah
membantai penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.” Maka
mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka
ALLAAH SWT kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan
berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam kitab Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah)
Note : Penduduk Langit pada Hadis di atas tentu bukan Malaikat, karena
Malaikat makhluk gaib, bagaimana mereka bisa berlumuran darah?
Hadis (3) : Pendapat Ibnu Abbas r.a.
Abu Dhahi meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra membaca ayat, “Allah yg
menciptakan tujuh langit dan dari bumi juga serupa,” lalu berkata, “ada
tujuh bumi dan di setiap bumi terdapat nabi-nabi seperti nabi-nabi
kalian. Ada Adam seperti nabi Adam, ada Nuh seperti nabi Nuh, ada
Ibrahim seperti nabi Ibrahim, dan ada Isa seperti nabi Isa.”
Note : Imam Suyuthi ketika ditanya tentang hadits yang diriwayatkan oleh
Baihaqi dari Abi adh Dhuha dari Ibnu Abbas tentang,”Di setiap bumi
terdapat Adam seperti Adam kalian, Nuh seperti Nuh kalian, Ibrahim
seperti Ibrahim kalian, Isa seperti Isa kalian dan seorang Nabi seperti
Nabi kalian.” Maka beliau (Suyuthi) menjawab bahwa hadits itu
diriwayatkan oleh Hakim didalam “al Mustadrak” dan dia (Hakim)
mengatakan bahwa hadits itu memiliki sanad yang Shahih…
WaLlahu a’lamu bishshawab