Siapa sangka, jejak harimau ribuan tahun lalu, masih membekas jelas di atas batu besar setinggi 2 meter di Desa Senamat Ulu, Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Bukan hanya jejak harimau, warga setempat meyakini cetakan yang terdapat di atas batu itu juga terdapat tapak kaki bayi, guratan cakar ayam, dan bentuk seperti batu asahan.
Batu yang sudah menjadi salah satu cagar budaya di Jambi ini, tidak begitu dikenal di Jambi atau di luar Jambi. Namun, jika kita sampai di Desa Senamat yang berjarak 60 km atau perjalanan satu jam menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Bungo, pasti warga setempat dengan bangga memperlihatkan kepada pendatang mengenai batu yang mereka sebut Patah Sembilan ini.
Mengenai sebutan batu besar ini, warga Senamat tidak bisa menjelaskan dengan pasti latar belakangnya. Sebab, ada juga warga yang menyebutnya sebagai batu Puti Sembilan, meski kebanyakan yang menyebutnya Patah Sembilan. Cerita yang berasal dari turun-temurun, yang menjadi acuan warga Senamat memberikan sebutan kepada batu besar ini.
Ada yang menceritakan batu itu merupakan salah satu dari sembilan batu besar yang ada di Jambi. Namun tidak diketahui di mana delapan batu besar yang lainnya lagi. Tetapi, ada juga yang bilang kisah batu itu tempat Kancil emas milik seorang putri, ketika menipu harimau dan karena itu terdapat bekas jejak harimau di atas batu. Dan banyak lagi versi berbeda yang akan kita dapatkan dari warga sekitar mengenai asal muasal batu besar ini.
Namun, yang pasti Batu Patah Sembilan ini sangat mudah kita jumpai jika sudah memasuki Desa Senamat Ulu. Karena, batu itu tepat berada di seberang jalan rumah Rio (sebutan kepala desa di Kabupaten Bungo). Sehingga, ketika sampai di rumah Rio, kita pasti akan tertarik untuk menanyakan batu apa yang berada tidak jauh dari pinggir jalan itu.
Untuk bisa melihat langsung jejak harimau yang membatu, kita harus memanjat batu dengan tinggi 2 meter lebih ini. Bantuan warga setempat sangat kita butuhkan untuk meminjamkan tangga. Karena, jika kita hanya berada di bawah, kita tidak akan bisa melihat apakah benar ada jejak harimau di atas batu itu.
Namun, kita tidak perlu khawatir. Sebab, warga Semanat Ulu sangat senang dan ramah terhadap pendatang yang ingin menikmati salah satu cagar budaya yang berada di desa mereka. Bahkan, Rio atau Kepala desa, tidak akan sungkan untuk menjelaskan kepada pendatang, mengenai cerita batu Patah Sembilan ini.
Bagi yang takut ketinggian, sebaiknya tidak perlu naik ke atas. Karena, bagian atas batu tidak begitu luas untuk berdiri dengan nyaman. Apalagi kalau yang naik lebih dari satu orang, kita harus lebih berhati-hati lagi.
Kepercayaan warga Senamat Ulu, batu ini merupakan batu yang digunakan nenek moyang mereka untuk melakukan aktivitas kehidupan yang lebih dahulu berada di kawasan itu selama ribuan tahun lalu. Namun, untuk cerita pastinya mereka tak bisa menjelaskan secara detail. Mereka hanya percaya bahwa cetakan yang berada di atas batu itu adalah jejak kaki harimau, bayi, cakar ayam, dan batu asahan yang sudah membatu.
Tapi kepercayaan masyarakat bahwa batu itu bukan hanya sekadar batu besar, sudah diakui pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi. Karena, pada tahun 1997, batu Patah Sembilan ini sudah dilakukan pembebasan lahan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dan dijadikan sebagai cagar budaya. Sehingga, warga setempat dan orang yang akan melihat wajib untuk melestarikan salah satu peninggalan kebudayaan zaman dahulu ini.
Batu Patah Sembilan ini diyakini sebagai batu peninggalan pada zaman Megalitikum, atau zaman batu besar. Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata.
Pada zaman Megalitikum, batu yang terdapat di Desa Senamat Ulu ini lebih identik dengan Menhir, salah satu jenis hasil budaya pada zaman itu. Menhir merupakan tugu yg terbuat dari batu besar untuk memuja arwah nenek moyang. Selain itu juga merupakan lambang/simbol kesuburan. Biasanya didirikan secara berkelompok atau tunggal. Bangunan ini memang bisa ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Taurus In Motivation
0 komentar:
Posting Komentar