AIDS merupakan singkatan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome, suatu penyakit yang membuat tubuh
sulit mencegah terjadinya infeksi penyakit. Virus Human Immunodeficiency
(HIV), yang menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh pada
manusia, menyebabkan AIDS dengan menginfeksi dan merusak sebagian dari
kekebalan tubuh terhadap penyakit, misalnya sel-sel darah putih yang
dikenal dengan nama limfosit (tipe sel darah putih dalam sistem
kekebalan tubuh yang berguna untuk menahan serbuan kuman penyakit).
HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi dengan virus. Kontak tersebut umumnya terjadi karena penggunaan jarum suntik bersama atau hubungan seks tanpa pelindung dengan seseorang yang telah terinfeksi virus. Seorang bayi dapat tertular HIV dari ibu yang terinfeksi.
Meskipun ada obat untuk perawatan penderita HIV dan AIDS, tidak ada vaksin atau obat untuk menyembuhkannya. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah Anda
Apa yang Dilakukan HIV Pada Tubuh?
Virus ini menyerang limfosit tertentu yang di sebut sel-sel pembantu T (juga dikenal dengan nama sel-T), mengambil alih, dan menggandakan dirinya. Penggandaan ini akan menyebabkan hancurnya lebih banyak sel-T, yang berakibat rusaknya kemampuan tubuh untuk menahan serbuan kuman dan penyakit.
Saat jumlah sel-T menurun sampai ke tingkat yang paling rendah, orang-orang yang mengidap HIV menjadi lebih mudah terkena infeksi dan mereka biasanya menderita sejenis kanker yang dalam keadaan normal dapat dilawan oleh tubuh yang sehat. Kekebalan tubuh yang menurun ini (atau berkurangnya kekebalan tubuh) dikenal dengan nama AIDS dan dapat berkembang menjadi infeksi berat yang mengancam jiwa,
Seberapa Sering HIV dan AIDS Terjadi?
Kasus pertama terjadinya AIDS dilaporkan pada tahun 1981, akan tetapi penyakit ini mungkin saja telah ada bertahun-tahun sebelum itu tanpa ada catatan. Infeksi HIV yang menyebabkan terjadinya AIDS telah menjadi penyebab terjangkitnya penyakit dan terjadinya kematian pada anak-anak, remaja dan orang dewasa usia muda di seluruh dunia. AIDS berada di urutan ke enam sebagai penyebab kematian untuk rentang usia 15 sampai 24 tahun di Amerika Serikat sejak tahun 1991.
Pada anak-anak, sebagian besar kasus AIDS dan hampir semua infeksi HIV baru diakibatkan oleh penularan virus HIV dari ibu ke anaknya pada masa kehamilan, kelahiran, atau melalui air susu.
Untungnya, obat-obatan yang saat ini diberikan pada wanita hamil yang positif mengidap HIV telah mengurangi jumlah penularan dari ibu ke anak secara signifikan di Amerika. Obat-obatan ini (seperti akan dijabarkan secara mendetil pada bab Pengobatan dalam artikel ini) juga digunakan untuk memperlambat atau mengurangi efek dari penyakit ini pada orang-orang yang telah terinfeksi. Sayangnya, obat-obatan ini tidak tersedia secara luas di dunia, terutama di negara-negara miskin yang paling terpuruk sebagai akibat dari terjangkitnya epidemi ini. Menyediakan akses ke pengobatan yang dapat menyelamatkan jiwa ini telah menjadi isu yang memiliki kepentingan global.
Bagaimana HIV Ditularkan?
HIV ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi dengan virus HIV.
Ada tiga cara dimana virus HIV ditularkan pada anak-anak yang masih muda usia, yaitu:
Saat bayi berkembang di dalam rahim ibunya (intrauterine)
Saat kelahiran
Saat menyusu ASI
Pada penderita usia remaja, virus biasanya ditularkan melalui perilaku yang berisiko tinggi, seperti:
Hubungan seks tanpa pelindung (baik secara oral, melalui ****** atau secara anal)
Penggunaan jarum suntik secara bergantian untuk menyuntikkan narkoba atau bahan-bahan lain (termasuk juga jarum terkontaminasi yang digunakan untuk menyuntikkan steroid dan membuat tato pada tubuh)
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, HIV juga ditularkan melalui kontak langsung dengan luka pada tubuh seseorang yang telah terinfeksi (virus dapat masuk melalui luka potong atau luka gores pada tubuh seseorang yang sehat) dan juga melalui transfusi darah. Sejak 1985, persediaan darah di Amerika Serikat telah melalui pemeriksaan untuk menghindari adanya darah yang terinfeksi HIV.
Tanda dan Gejala HIV
Meskipun mungkin tidak terdapat tanda-tanda fisik pada infeksi HIV yang terjadi saat kelahiran, tanda-tanda infeksi bisa terlihat pada 2 atau 3 bulan setelah seorang anak dilahirkan. Anak-anak yang terlahir dengan HIV bisa terkena infeksi oportunistik.
Seorang bayi yang terlahir dengan kondisi terinfeksi HIV akan kelihatan sehat wal’afiat. Tetapi kadang-kadang, antara 2 sampai 3 bulan setelah kelahirannya, bayi yang terinfeksi akan mulai kelihatan sakit-sakitan, dengan pertambahan berat badan yang kurang, infeksi jamur di mulut yang kerap kali terjadi (trush – sariawan), limpa yang bengkak dan membesar, pembesaran hati atau limpa, masalah dengan sistem syaraf, infeksi berbagai jenis bakteri, termasuk juga radang paru-paru (pneumonia).
Para remaja dan orang dewasa muda yang terinfeksi HIV biasa tidak menunjukkan tanda-tanda pada saat mereka terinfeksi. Bahkan, terkadang gejala-gejalanya baru kelihatan setelah 10 tahun atau lebih. Selama masa tersebut, mereka dapat menularkan virus tanpa mereka sendiri mengetahui bahwa mereka mengidap virus tersebut. Segera setelah gejala AIDS terlihat, penderita dapat kehilangan berat badan secara drastis, merasakan kelelahan yang sangat, mengalami pembengkakan limpa, diare berkepanjangan, berkeringat di malam hari, atau pneumonia. Mereka juga akan sangat rentan terkena infeksi yang dapat mengancam hidup mereka.
Ada 3 fase gejala HIV
Fase 1 : Tidak ada gejala. Pada tahap awal HIV, gejalanya tidak kelihatan. Seseorang dapat saja mengidap AIDS selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya. Tes darah oleh dokter akan menunjukkan antibodi setelah mereka terbentuk dalam rangka melawan virus AIDS, tapi perlu waktu tiga bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk. Artinya bila Anda melakukan tes darah segera setelah Anda berhubungan seks, virusnya belum akan kelihatan sampai tiga bulan yang akan datang.
Fase 2 : Sakit yang tidak terlalu parah. Pada tahap ini, virus berkembang di dalam sel darah putih dan menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah dihancurkan, sistem kekebalan juga ikut hancur dan tubuh akan menjadi lemah. Beberapa gejala yang mungkin akan kelihatan adalah : penderita mulai merasa lelah, berat badan turun. Mereka mungkin akan terkena sakit batuk, diare, demam atau berkeringat di malam hari. Pengidap HIV yang terkena selesma akan lebih terancam jiwanya dibandingkan orang lain yang tidak mengidap HIV.
Fase 3: Sakit parah. Pada saat ini, virus AIDS telah hampir menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan untuk melawan bakteri. Selain itu, penderita juga dapat terkena sejenis kanker yang disebut Sarkoma Kaposi. AIDS tidak membunuh penderitanya, tapi infeksi penyakit lainnya dan kankerlah yang melakukannya.
Diagnosis Terhadap Infeksi HIV dan AIDS
Setiap wanita hamil harus menjalani tes HIV agar pencegahan penularan dari ibu ke anak dapat dilakukan lebih dini. Meskipun wanita tersebut telah memiliki anak sebelumnya dan anak-anak tersebut kelihatan sehat, mereka dapat saja terinfeksi HIV apabila wanita tersebut telah positif mengidap HIV pada saat mereka lahir. Tes darah diperlukan untuk memastikan hal tersebut.
Meskipun demikian, bila seorang bayi baru saja dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV, tidak ada cara yang pasti untuk mangetahui apakah bayi tersebut terinfeksi virus HIV. Hal ini dikarenakan bila sang ibu terinfeksi, tes ELISA yang dilakukan untuk memeriksa adanya antibodi HIV yang terdapat dalam darah bayi yang baru lahir hampir selalu menunjukkan tanda positif, karena darah bayi yang baru lahir akan mengandung antibodi HIV yang dibawa dari ibu yang terinfeksi HIV (melalui plasenta) meskipun bayi tersebut belum tentu terinfeksi HIV.
Anak yang terinfeksi HIV dari ibu mereka akan mulai membangun antibodi HIV sendiri dan biasanya akan menunjukkan hasil HIV positif setelah mereka berusia 18 bulan.
By Mails
HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi dengan virus. Kontak tersebut umumnya terjadi karena penggunaan jarum suntik bersama atau hubungan seks tanpa pelindung dengan seseorang yang telah terinfeksi virus. Seorang bayi dapat tertular HIV dari ibu yang terinfeksi.
Meskipun ada obat untuk perawatan penderita HIV dan AIDS, tidak ada vaksin atau obat untuk menyembuhkannya. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah Anda
Apa yang Dilakukan HIV Pada Tubuh?
Virus ini menyerang limfosit tertentu yang di sebut sel-sel pembantu T (juga dikenal dengan nama sel-T), mengambil alih, dan menggandakan dirinya. Penggandaan ini akan menyebabkan hancurnya lebih banyak sel-T, yang berakibat rusaknya kemampuan tubuh untuk menahan serbuan kuman dan penyakit.
Saat jumlah sel-T menurun sampai ke tingkat yang paling rendah, orang-orang yang mengidap HIV menjadi lebih mudah terkena infeksi dan mereka biasanya menderita sejenis kanker yang dalam keadaan normal dapat dilawan oleh tubuh yang sehat. Kekebalan tubuh yang menurun ini (atau berkurangnya kekebalan tubuh) dikenal dengan nama AIDS dan dapat berkembang menjadi infeksi berat yang mengancam jiwa,
Seberapa Sering HIV dan AIDS Terjadi?
Kasus pertama terjadinya AIDS dilaporkan pada tahun 1981, akan tetapi penyakit ini mungkin saja telah ada bertahun-tahun sebelum itu tanpa ada catatan. Infeksi HIV yang menyebabkan terjadinya AIDS telah menjadi penyebab terjangkitnya penyakit dan terjadinya kematian pada anak-anak, remaja dan orang dewasa usia muda di seluruh dunia. AIDS berada di urutan ke enam sebagai penyebab kematian untuk rentang usia 15 sampai 24 tahun di Amerika Serikat sejak tahun 1991.
Pada anak-anak, sebagian besar kasus AIDS dan hampir semua infeksi HIV baru diakibatkan oleh penularan virus HIV dari ibu ke anaknya pada masa kehamilan, kelahiran, atau melalui air susu.
Untungnya, obat-obatan yang saat ini diberikan pada wanita hamil yang positif mengidap HIV telah mengurangi jumlah penularan dari ibu ke anak secara signifikan di Amerika. Obat-obatan ini (seperti akan dijabarkan secara mendetil pada bab Pengobatan dalam artikel ini) juga digunakan untuk memperlambat atau mengurangi efek dari penyakit ini pada orang-orang yang telah terinfeksi. Sayangnya, obat-obatan ini tidak tersedia secara luas di dunia, terutama di negara-negara miskin yang paling terpuruk sebagai akibat dari terjangkitnya epidemi ini. Menyediakan akses ke pengobatan yang dapat menyelamatkan jiwa ini telah menjadi isu yang memiliki kepentingan global.
Bagaimana HIV Ditularkan?
HIV ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi dengan virus HIV.
Ada tiga cara dimana virus HIV ditularkan pada anak-anak yang masih muda usia, yaitu:
Saat bayi berkembang di dalam rahim ibunya (intrauterine)
Saat kelahiran
Saat menyusu ASI
Pada penderita usia remaja, virus biasanya ditularkan melalui perilaku yang berisiko tinggi, seperti:
Hubungan seks tanpa pelindung (baik secara oral, melalui ****** atau secara anal)
Penggunaan jarum suntik secara bergantian untuk menyuntikkan narkoba atau bahan-bahan lain (termasuk juga jarum terkontaminasi yang digunakan untuk menyuntikkan steroid dan membuat tato pada tubuh)
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, HIV juga ditularkan melalui kontak langsung dengan luka pada tubuh seseorang yang telah terinfeksi (virus dapat masuk melalui luka potong atau luka gores pada tubuh seseorang yang sehat) dan juga melalui transfusi darah. Sejak 1985, persediaan darah di Amerika Serikat telah melalui pemeriksaan untuk menghindari adanya darah yang terinfeksi HIV.
Tanda dan Gejala HIV
Meskipun mungkin tidak terdapat tanda-tanda fisik pada infeksi HIV yang terjadi saat kelahiran, tanda-tanda infeksi bisa terlihat pada 2 atau 3 bulan setelah seorang anak dilahirkan. Anak-anak yang terlahir dengan HIV bisa terkena infeksi oportunistik.
Seorang bayi yang terlahir dengan kondisi terinfeksi HIV akan kelihatan sehat wal’afiat. Tetapi kadang-kadang, antara 2 sampai 3 bulan setelah kelahirannya, bayi yang terinfeksi akan mulai kelihatan sakit-sakitan, dengan pertambahan berat badan yang kurang, infeksi jamur di mulut yang kerap kali terjadi (trush – sariawan), limpa yang bengkak dan membesar, pembesaran hati atau limpa, masalah dengan sistem syaraf, infeksi berbagai jenis bakteri, termasuk juga radang paru-paru (pneumonia).
Para remaja dan orang dewasa muda yang terinfeksi HIV biasa tidak menunjukkan tanda-tanda pada saat mereka terinfeksi. Bahkan, terkadang gejala-gejalanya baru kelihatan setelah 10 tahun atau lebih. Selama masa tersebut, mereka dapat menularkan virus tanpa mereka sendiri mengetahui bahwa mereka mengidap virus tersebut. Segera setelah gejala AIDS terlihat, penderita dapat kehilangan berat badan secara drastis, merasakan kelelahan yang sangat, mengalami pembengkakan limpa, diare berkepanjangan, berkeringat di malam hari, atau pneumonia. Mereka juga akan sangat rentan terkena infeksi yang dapat mengancam hidup mereka.
Ada 3 fase gejala HIV
Fase 1 : Tidak ada gejala. Pada tahap awal HIV, gejalanya tidak kelihatan. Seseorang dapat saja mengidap AIDS selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya. Tes darah oleh dokter akan menunjukkan antibodi setelah mereka terbentuk dalam rangka melawan virus AIDS, tapi perlu waktu tiga bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk. Artinya bila Anda melakukan tes darah segera setelah Anda berhubungan seks, virusnya belum akan kelihatan sampai tiga bulan yang akan datang.
Fase 2 : Sakit yang tidak terlalu parah. Pada tahap ini, virus berkembang di dalam sel darah putih dan menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah dihancurkan, sistem kekebalan juga ikut hancur dan tubuh akan menjadi lemah. Beberapa gejala yang mungkin akan kelihatan adalah : penderita mulai merasa lelah, berat badan turun. Mereka mungkin akan terkena sakit batuk, diare, demam atau berkeringat di malam hari. Pengidap HIV yang terkena selesma akan lebih terancam jiwanya dibandingkan orang lain yang tidak mengidap HIV.
Fase 3: Sakit parah. Pada saat ini, virus AIDS telah hampir menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan untuk melawan bakteri. Selain itu, penderita juga dapat terkena sejenis kanker yang disebut Sarkoma Kaposi. AIDS tidak membunuh penderitanya, tapi infeksi penyakit lainnya dan kankerlah yang melakukannya.
Diagnosis Terhadap Infeksi HIV dan AIDS
Setiap wanita hamil harus menjalani tes HIV agar pencegahan penularan dari ibu ke anak dapat dilakukan lebih dini. Meskipun wanita tersebut telah memiliki anak sebelumnya dan anak-anak tersebut kelihatan sehat, mereka dapat saja terinfeksi HIV apabila wanita tersebut telah positif mengidap HIV pada saat mereka lahir. Tes darah diperlukan untuk memastikan hal tersebut.
Meskipun demikian, bila seorang bayi baru saja dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV, tidak ada cara yang pasti untuk mangetahui apakah bayi tersebut terinfeksi virus HIV. Hal ini dikarenakan bila sang ibu terinfeksi, tes ELISA yang dilakukan untuk memeriksa adanya antibodi HIV yang terdapat dalam darah bayi yang baru lahir hampir selalu menunjukkan tanda positif, karena darah bayi yang baru lahir akan mengandung antibodi HIV yang dibawa dari ibu yang terinfeksi HIV (melalui plasenta) meskipun bayi tersebut belum tentu terinfeksi HIV.
Anak yang terinfeksi HIV dari ibu mereka akan mulai membangun antibodi HIV sendiri dan biasanya akan menunjukkan hasil HIV positif setelah mereka berusia 18 bulan.
By Mails
0 komentar:
Posting Komentar