Blog Baru

Semua ada disini

Taurus Blogger

disini banyak artikel menarik

Wisata Yuk...!!!

Website tentang pariwisata di Malang Raya

Mari Memasak

Disini banyak aneka resep Masakan dan Minuman

Taurus Site

Blog Baru yang berisi motivasi

MEMOTIVASI DAN TERUS MENCARI JATI DIRI

Menjadi Pribadi dan Menyenangkan

04.55 | ,


Semua orang ingin disebut menarik, menjadi pusat perhatian, terkenal dan dikagumi banyak orang. Menjadi menarik dan menyenangkan merupakan obsesi kebanyakan orang. Menarik dan menyenangkan mencakup aspek fisik (lahiriah) dan non-fisik (meliputi: emosional, personalitas dan integritas pribadi). Banyak orang yang cantik, tampan, pandai dan kaya namun belum dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang menarik dan menyenangkan dikarenakan adanya sesuatu yang kurang dalam diri mereka.

Orang yang menarik dan menyenangkan membuat orang suka padanya dan selalu ingin dekat dan ingin melihatnya serta ingin berinteraksi dengannya. Orang yang memiliki daya tarik dan menyenangkan ibarat memiliki kekayaan yang tak ternilai harganya.

Berbeda dengan kecantikan dan kepintaran yang pada hakekatnya merupakan  sesuatu  yang  diberikan  oleh  Tuhan (given),   menarik dan menyenangkan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan distimulasikan dalam setiap aktifitas kehidupan kita sehari-hari (daily activity).
Untuk itu ada beberapa Kiat yang perlu diikuti dan dilakukan bila Kita ingin memiliki Kepribadian Yang Menarik dan Menyenangkan.

KIAT-KIATnya adalah sebagai berikut :

1. SOPAN SANTUN (POLITENESS)
Selalu sopan dan baik terhadap orang lain menyebabkan kita menjadi menarik dan menyenangkan bagi orang lain tersebut. Bila bertemu dengan siapapun kita hendaknya "hangat" dan ramah kepadanya. Tegur sapa yang manis dan hangat, seperti : Halo...apa khabar, Selamat Pagi..., Selamat Siang..., dsb harus selalu kita ucapkan lengkap dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tulus yang mencerminkan dan mewakili itu semua. Pada orang yang baru pertama kali kita kenal sebaiknya kita ucapkan : "Saya senang sekali bertemu dengan Anda..., Kapan-kapan kita bincang-bincang lagi..., dsb, dsb.

Orang-orang yang ingin tampil menarik, menyenangkan dan diperhatikan orang adalah orang-orang tidak akan pernah menyakitkan dan melukai hati dan perasaan orang lain. Bila hati orang sudah terluka maka akan sulit sekali untuk dapat sembuh dalam waktu yang singkat malah mungkin sekali sakit hatinya berubah menjadi api dendam yang membara yang sewaktu-waktu dapat meledak bagaikan bom neutron yang dahsyat.

2. KERAMAH-TAMAHAN (HOSPITALITY) 
Prinsip "SENTUHLAH HATINYA", haruslah DIPEGANG dan DIFAHAMI BETUL guna menimbulkan KESAN MENARIK dan MENYENANGKAN pada diri kita.

BEBERAPA HAL yang PERLU DIPRAKTEKKAN sehubungan dengan Sopan Santun dan Keramah-tamahan :

Sambutlah Tegur Sapa Orang-orang : "Tiada hal yang senyaman kata-kata sambutan yang diberikan oleh orang lain dengan nada yang tulus dan riang".

Senyumlah Kepada Orang-orang : "Ada 72 otot yang diperlukan untuk mengerutkan dahi, namun hanya dibutuhkan 14 buah otot untuk tersenyum".

Panggillah Orang dengan Menyebut Namanya : "Musik yang paling merdu dan syahdu di telinga siapapun adalah bunyi namanya sendiri...".
Bersikaplah Bersahabat : "Bila anda ingin bersahabat, bersikaplah bersahabat..."

 THE VALUES OF SMILE :

    It costs nothing but create much.
    It enriches those who receive without impoverishing those who give.
    It happens in a flash but the memory of it sometimes lasts forever.
    None are so rich that they can along without it, and none are so poor but are richer for smile.
    It create happiness at home, foster goodwill in a business and is the countersign of friends.
    Yet it can not be bought, begged, borrowed or stolen, for it is something that is no earthly good to anybody till it is given away !
    And if it ever happens that some people should be too tired to give you a smile, why not leave one of yours ?
    For nobody needs a smile so much as those who have none left to give.

3. RASA HORMAT (RESPECTFUlL)     
Kalau kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakuakn mungkin akan menimbulkan Ketegangan, sebab orang lain mungkin tidak menyukai cara-cara kita tersebut. Sebaliknya, kalau kita memperlakukan orang lain dengan cara sebagaimana mereka ingin diperlakukan maka hakekatnya kita telah menangkap inti dari fleksibiltas diri kita yang sebenarnya.

Menghormati orang lain, berarti belajar memperlakukan orang lain secara berbeda menurut kadar kebutuhan dan kepercayaan mereka bukannya menurut kadar kebutuhan dan kepercayaan diri kita sendiri. Hal ini bisa mengarah kepada pengertian Moral dan penerimaan diantara individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini juga menunjukkan INTEGRITAS PRIBADI seseorang.

Rasa hormat kepada orang lain, mungkin lebih mudah dipahami sebagai: "usaha mencari kepentingan umum yang dibagi bersama dan kemudian dikerjakan bersama-sama untuk mencapai hasil yang menang-menang (win-win)".

4. PENUH PERHATIAN (ATTENTIVE)
Sikap penuh perhatian berarti menyadari "apa saja yang sedang berlangsung di lingkungan kita". Sikap penuh perhatian berhubungan dengan kemampuan membaca situasi yang tersirat (implicit). Ini bisa dimulai dari sesederhana memperhatikan  ketika  seseorang merasa bosan dan merasakan bahwa sekarang bukan saatnya untuk menyampaikan gagasan-gagasan kita.

Bersikap penuh perhatian berarti mengosongkan diri dari pemikiran-pemikiran diri kita sendiri secara subyektif (mampu melihat dari kaca mata orang lain) dan membuka wawasan dan pikiran untuk mau melihat segala hal di luar diri kita.

Orang yang penuh perhatian juga tahu kapan ia harus bertindak dan kapan ia tidak boleh bertindak. Orang yang tergolong penuh perhatian akan bermain dalam hal : kecenderungan, pola-pola, variasi dan kesempatan. Orang yang penuh perhatian akan memiliki sikap terbuka baik terhadap informasi yang masuk, gagasan ataupun saran-saran dari orang lain.
Read More

KASIH YANG HILANG

03.36 | ,


Kisah ini bermula saat pertama kali melihat dia di malam pertemuan kepanitiaan. Saat itu aku terlambat datang, dan langsung memilih tempat duduk disampingnya ( maklum terlambat datang akupun jadi pusat perhatian para peserta rapat ). Karena kedatanganku hanya untuk mengikuti pertemuan, jadi saya tidak begitu memperhatikannya.

Walaupun kami duduk berdampingan dan terkadang saling bersentuhan tapi saling menyapa tak pernah terjadi, entah karena perhatianku yang tertuju dengan masalah yang sedang dibahas atau kebodohanku untuk memulai pembicaraan ( yang jelasnya aku bukan manusia bodoh seperti yang selalu dinyanyikan oleh sekelompok anak muda}.

Sampai akhirnya, apa yang sedang dibicarakan sudah mendapatkan titik terang, pertemuanpun segera diakhiri. Walau kegiatannya sudah selesai, namun kami tak langsung bubar. Sebagian masih terlihat sedang terlibat pembicaraan mengenai masalah yang dibahas didalam pertemuan tadi, sebagiannya lagi tampak sibuk membicarakan apa yang sedang mereka alami dengan pasangannya. Sedang aku sendiri lebih memilih untuk mengamati apa yang sedang mereka lakoni, terkadang pertanyaan-pertanyaan kecil tercentil di pikiranku. Apa yang mereka sedang lakukan apakah sama dengan apa yang mereka rasakan.

Ditengah keasyikanku menikmati pemandangan yang sedang terjadi tiba-tiba terdengar suara gaduh dari belakang, semua orang yang berada ditempat itu sontak kaget tidak terkecuali aku. Redan, salah seorang dari kami langsung beranjak dari tempat duduknya dengan maksud mencari sumber suara tadi. Ia berjalan menyusuri lorong gelap, tempat di mana suara gaduh bersumber. Ternyata suara itu akibat Robi terjatuh saat dia bermaksud untuk kekamar kecil, Memang sih jalan untuk menuju kekamar kecil tidak mendapat penerangan.

Mengetahui suara itu akibat Robi terjatuh, semuanya pun langsung tertawa, orang yang tadinya sibuk dengan urusannya masing-masing berubah menjadi gaduh karena suara tawa. Tanpa peduli rasa sakit yang diderita Robi, senyum lebar tetap di pertahankannya. Melihat semua orang menertawainya, saya yakin apa yang dirasakan Robi saat terjatuh tidak seberapa dibanding rasa kecewa saat melihat teman-temannya yang seharusnya mengasihinya justru menertawakannya. Namun begitu ia tetap menyembunyikannya, dengan raut muka yang dipakasakan.

Yamungkin inilah kebiasaan buruk kita, melihat orang terkena masalah kita malah berlomba-lomba untuk menertawakannya ( sungguh budaya yang unik ). Tanpa pernah mau berusaha untuk memberikan semanagat.

Malam yang terus berburu dengan pagi, membuat banyak yang memilih untuk melepaskan letih di tempat pambaringan yang berlapis tikar. Dan sebagian lagi merapikan tempat pertemuan, merapikan dan terus memunguti sisa-sisa makanan yang berserakan dilantai.. Kini hanya tinggal Rani bersama dua orang temannya yang masih terlihat bercanda, sedang aku sendiri masih hanyut dalam lamunan. Daripada aku hanya tinggal melamunkan sesuatu yang tak mungkin terjadi, aku memutuskan untuk ikut bergabung, tapi satu hal yang menjadi masalah adalah keberanian untuk terlibat obrolan dengan lawan jenis tidak aku miliki.

Tapi untunglah malam itu aku mendapatkan mukjizat untuk melakukannya. Baru aku berencana untuk mengahampirinya, tiba-tiba mukjizat yang satunya datang lagi, salah seorang dari mereka memanggilku ( Abdi.. ko..kamu betah disitu sendirian, ayo.ikut gabung sama kita), tanpa pikir-pikr lagi aku langsung menerima ajakannya. Hampir separuh malam kami lewatkan dengan saling bercanda, rasa grogi yang selama ini aku alami ketika berbicara dengan kaum hawa tidak terjadi lagi.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 02.30, Tini dan Warni memutuskan untuk tidak melanjutkan obrolannya karena rasa ngantuk yang sudah tak tertahan lagi. Tinggallah kami berdua, topik pembicaraan pun berganti. Berusaha untuk lebih mengenal adalah tema utama kami. Diantara kami banyak sekali persamaan tapi yang paling menonjol ialah kesulitan untuk mencari teman dekat Hal inilah yang membuat kami bisa akrab dengan waktu yang cukup singkat. Karena pagi sudah menjelang kami memutuskan untuk menyudahi pembicaraan dan berjanji untuk melanjutkannya di lain waktu.

Saat terbangun dari tidur yang tidak di temani mimpi-mimpi indah, segera kulangkahkan kaki kekamar yang berada di lantai atas. Dengan mata yang masih berusaha menahan rasa kantuk, kuketuk pintu kamar yang tertutup rapat. Rani, teman sekamarnya muncul bibalik pintu dengan tangan yang sedang membersihkan kotoran yang menghiasi kedua bola matanya.
Rin,.
Riana, sudah bangun belum ?
Dia pergi dari tadi pagi, ( tadi pagi ia mendapat kabar, katanya ibunya sedang berusaha melawan sakitnya ) jawabnya dengan suara yang masih bercampur ngantuk.
Emangnya kenapa, ? Tanyanya dengan nada yang sedikit keheranan ..
Tanpa menjawab pertanyaan yang ia ajukan, aku segera meninggalkan tempat itu.
Ternyata hari itu juga, ia memutuskan untuk kembali menemui orang yang sedang menunggu kedatangannya di Batam.

Saya mencoba mencari tahu lewat teman-temannya alamat yang bisa saya hubungi namun tak seorang pun mengetahuinya secara pasti. Entah sekarang kabarnya bagaimana, karena sudah setengah smester kami tidak pernah bertemu ( .. semoga saja dia dalam keadaan bahagia dan masih mengingat malam itu ) hanya itu yang bisa aku harapkan.
Read More

AKU RINDU PADAMU

03.30 | ,


Angin bertiup cukup kencang. Di belakang rumah terlihat pohon kelapa sesekali bergoyang. Hujan sebentar lagi akan turun. Awan gelap terlihat bergelantung di langit, tiada kecerahan diatas sana. Hujan turun membawa berkah, itulah kata ayah. Setiap kali hujan mulai turun saat menjelang musim tanam padi. Hal itu tentu sangat wajar, mengingat di desaku penduduknya lebih banyak bergantung pada pertanian sebagai mata pencahariannya.
Hamparan persawahan sudah menanti untuk diairi. Selama ini, air hujanlah yang menjadi harapan bagi warga sebagai sumber pengairan. Ini membuat para petani, hanya mampu melakukan masa tanam sekali dalam setahun. Dan itu ketika memasuki musim hujan, biasanya menjelang november. Akan tetapi petani tidak pernah membiarkan lahan kosong begitu saja, orang-orang banyak menanam tanaman palawija. Kondisi ini sangat memprihatinkan, biaya yang harus dikeluarkan petani terkadang tidak setimpal dari apa yang didapatkan.
Pernah seorang pengusaha dari luar desa, membangun pompa air sebagai penopang pengairan. Saat itu para petani mampu melakukan panen selama dua kali setahun. Dan hasilnya juga mampu menutupi keperluan belanja rumah tangga serta kebutuhan biaya pendidikan bagi orang yang masih menyekolahkan anaknya. Tapi hanya bertahan beberapa musim tanam hingga pengusaha tersebut menarik kembali mesin-mesin pompanya. Kenaikan harga bahan bakar, turunnya harga gabah, membuat biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang didapat dari pembagian hasil panen dengan petani.
Sejak itu, petani kembali mengandalkan air hujan sebagai sumber mata air. Sawah-sawah hanya ditanami sekali setahun, itupun dengan hasil yang tidak maksimal. Hal ini menjadikan sawah banyak beralih fungsi, menjadi lahan penanaman pohon kakao. Meski harus bersabar menunggu selama dua tahun lebih, baru mendapatkan hasil. Namun para petani merasa hal itu lebih menguntungkan ketimbang menanam padi. Setidaknya itulah yang dirasakan ayahku dan para petani yang lainnya.
Entah kenapa, tiba-tiba saja hal Ini membuatku khawatir. Saya tidak pernah membayangkan kalau sawah yang dulunya tempat menanam padi, tanaman yang memproduksi makanan pokok harus berganti. Dan hanya karena ketidakberdayaan masyarakat dalam mengatasi kesulitan pengairan untuk persawahan. Kondisi ini sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, namun pemerintah setempat tidak pernah melakukan sesuatu yang dapat mengeluarkan petani dari masalah tersebut.
Pernah suatu saat, aku berbincang-bincang dengan warga yang lainnya. Saya mengatakan bahwa seharusnya pemerintah harus berusaha mengadakan kembali mesin pompa air untuk mendukung pertanian di kampung ini. Namun jawaban yang kuterima hanyalah, sikap pesimistis dari warga. Hal ini sangat wajar, karena yang memegang jabatan Pemerintah Desa saat ini memang sangat miskin pemikiran. Ia tepilih hanya karena dorongan keluarga besarnya yang memang memiliki pengaruh di masyarakat.
Hal itu kembali membuka memori di kepala saya. Pada tahun 1991, saat itu umurku masih tujuh tahun dan masih tahun pertama di bangku sekolah dasar. Ayah dan ibuku, terpaksa menitipkan aku kepada keluarga. Karena kekeringan yang melanda, sawah-sawah terpaksa dibiarkan tergelatak begitu saja. Tidak bisa menghasilkan apa-apa, bahkan rumput liar saja enggan untuk tumbuh. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mereka harus mencari nafkah bersama warga lainnya di daerah lain.
Membantu memanen tanaman padi milik para petani, dan mendapatkan imbalan dari kerjanya itu. Daerah tersebut didukung dengan pengairan bagus. Tempat itu juga terkenal dengan lumbung beras di Sulawesi Selatan. Dari hasil yang didapat itulah keluarga kami bisa tetap mengkonsumsi nasi dari beras. Meski kondisinya sekarang lebih baik, ketakutan-ketakutan dimasa itu tetap menghantui pikiranku. Saya sungguh tidak rela, jika penduduk desa yang masih memiliki pertalian darah satu sama lainnya. Kembali mengalami masa-masa sulit seperti yang dulu pernah terjadi.
Rimbun daun pohon kelapa masih saja terlihat kokoh. Meliuk-liuk menahan gempuran angin yang bertiup cukup kencang hari ini. Sesekali terdengar suara gesekan dahan pohon diatap rumah. Pohon mangga harum manis di samping rumah, yang di tanam 20 tahun lalu juga harus berjibaku menahan gempuran angin. Ia harus terseok-seok, dahannya yang menjorok kerumah sesekali harus bersentuhan dengan seng yang digunakan ayah sebagai atap rumah. Mendengar suaranya gigiku sesekali terasa ngilu.Entah apa pengaruhnya bunyi dari geskan daun dengan seng dengan gigi yang terasa ngilu. Tapi yakinlah ketika kamu yang mendengarnya, pasti kau akan mengalami hal yang sama denganku.
Ayah terdengar memanggil dari kolom rumah. Membuatku berhenti berpikir dan memutar kembali rekaman masa lalu.
Kita harus kesawah sekarang. Katanya dengan suara yang ccukup keras. Mengalahkan gemuruh atap yang tertimpa air dari langit. Panggilan itu kujawab dengan segera beranjak. Mengganti baju, lalu menuju kesampingnya.
Selama ini, ayahku hanya sesekali mengajakku untuk membantunya disawah. Hanya dalam keadaan genting, barulah ia memintaku membantunya. Itupun ketika bertepatan dengan hari libur kuliah. Ayahku adalah tipikal penyayang. Meskipun ia tidak pernah mengungkapkannya secara langsung. Hal itu hanya bisa saya rasakan ketika ia mengatakan, tugasmu adalah belajar sedang tugasku adalah mencari nafkah untuk mendukungmu.
Kata-kata itu terkadang, membuatku menangis dalam hati. Niat baiknya, ku balas dengan kemalasanku mengikuti perkuliahan. Pengetahaun yang kudapatkan dari luar bangku kuliah membuatku jemu dengan apa yang disajikan dunia akdemis. Terkadang absurd.
Belum sampai di sawah, tubuhku sudah mulai basah kuyup. Hujan memang cukup deras. Kali ini, pematang sawah haus diperbaiki. Agar air hujan tidak terbuang percuma. Air itulah yang nantinya digunakan dalam membajak sawah, sampai siap ditanami benih padi yang sudah setinggi 10 cm.
Meskipun aku dilahirkan dari keluarga petani, tapi aku tidak selihai teman-temanku yang lain dalam bekerja diswah. Berbeda dengan teman sebayaku yang sudah dari dulu memutuskan untuk bertani. Tapi kekurangan itu, tidak pernah dipermasalahkan ayahku.Menemaninya bekerja sudah merupakan hal yang istimewa baginya.
Kalau saja ia mau, sebenarnya hari itu ia tidak perlu memanggilku untuk membantunya. Karena hal itu sudah biasa dia lakukan sendiri. Tapi ia rindu ditemani kesawah katanya. Hal yang jarang saya lakukan, gara-gara kemalasanku untuk pulang kekampung, meskipun saat itu hari libur. Jadi begitu aku datang, ia biasanya minta untuk ditemani.
Begitulah cara kami melepas rindu. Sawah dan kebun jadi perantaranya.
Karena sawah tinggal beberapa petak, sisa dari lahan tanaman kakao. Maka kami tidak perlu terlalu lama untuk menyelasaikannya. Pada beberapa hari yang lalu, memang sebagian juga telah dikerjakan. Jadi tinggal memastikan sambil menambal kalau ada yang terlewatkan. Tidak lebih dari sejam, semuanya sudah beres.
Pisang goreng ditemani kopi pekat sudah tersaji diatas meja. Ibu, memang tahu betul apa yang harus disiapkan dalam keadaan kedinginan seperti ini. Pakaian basah kini sudah berubah jadi kering. Saatnya menyantap menu istimewa ala ibu dari tiga anak yang bertugas mengurusi kerja rumah tangga. Rasanya nikmat, kataku sambil menatapnya dengan wajah sedikit manja.
Kerinduan suasana rumah yang terkadang membayangi selama mengikuti perkuliahan terbayarkan sudah. Melepas kangen dengan ayah di sawah. Dan melepaskan rindu ke ibu, dengan mencicipi hasil karyanya sebagai seorang ahli dapur dikeluarga kami. Sungguh aku bahagia dengan semua itu. Tak akan aku lupakan semua ini.
Read More