Blog Baru

Semua ada disini

Taurus Blogger

disini banyak artikel menarik

Wisata Yuk...!!!

Website tentang pariwisata di Malang Raya

Mari Memasak

Disini banyak aneka resep Masakan dan Minuman

Taurus Site

Blog Baru yang berisi motivasi

MEMOTIVASI DAN TERUS MENCARI JATI DIRI

Mitos dan Misteri menanam Ari-Ari Bayi

15.04 | ,


Tiap daerah di Nusantara mempunyai adat yang berbeda dalam merawat tembuni (ari-ari) sewaktu bayi lahir. Di Jawa sendiri terdapat beberapa variasi, ada yang ditanam sesegera mungkin di rumah orang tuanya, ada yang dihanyutkan ke sungai atau laut, ada juga setelah dimasukkan ke bejana tanah (kendil) kemudian digantung pada blandar (tiang melintang) di dapur atau ruang tengah (sentong).

Perbedaan ini tidak menjadikan masalah, seperti di daerah Jogja dan Solo kebanyakan tembuni diperlakukan dengan ditanam di tanah. Sementara disebagian wilayah Karesidenan Kedu, khususnya Wonosobo, Karesidenan Banyumas, serta di daerah sekitar Karanganyar dan Tawangmangu, para orang tua lebih suka menggantung tembuni yang dimasukkan ke dalam bejana tanah. Untuk sebagian daerah pesisir, cukup banyak orang yang lebih suka menghanyutkan (melabuh) tembuni tersebut.

Meski ada beberapa macam cara memperlakukan tembuni, namun ada satu kesamaan, yaitu setelah dicuci dan dibersihkan dengan hati-hati menggunakan air bersih, tembuni dimasukkan ke dalam bejana tanah. Kemudian disertakan juga beberapa ’uba-rampe’ ke dalamnya. Secara detail tata-cara tersebut diuraikan dalam baris-baris Kidungan di bawah ini:

KIDUNGAN PANGRUKTINING ARI-ARI

(1) Bebukane golong-galing kaki (utawa : nini), putu banteng Wulung.
Kaki Among Nini Among kiye, lah tunggunen gusti arsa guling, sira sun opahi striya mujung.

(2) Kakang Kawah Adi Ari-ari payo pada nglumpuk.
mBok Nirbiyah lan Diah den age, batok bolu lan uyah ywa kari, lan arta rong duwit, dome aja kantun.

(3) Beras abang lawan lenga wangi, miwah gantal loro.
Tetulisan Arab lan Jarwane, den lebokken ing kendil tumuli, nganggo lawon putih, karya lemek iku.

Tiga bait Kidungan di atas menerangkan secara gamblang perlengkapan apa saja yang harus dimasukkan ke dalam bejana tanah bersama tembuni Sang Bayi, yaitu: garam, uang sepasang, jarum yang tajam, beras merah, gantal (sirih yang digulung dana diikat) dua ikat, kertas yang bertuliskan huruf Arab, Latin dan Jawa. Sebelumnya dipersiapkan dahulu kain mori putih secukupnya sebagai alas tembuni dan berbagai perlengkapan yang menyertainya. Kemudian minyak wangi disiramkan secukupnya, kain putih dari ujung ke ujung ditangkupkan dengan rapi, terakhir kendil ditutup dengan tutupnya.

Garam merupakan simbol kehidupan, dan nantinya si anak jika besar akan mampu ’menggarami’ dunia, agar menjadi tempat yang nikmat dan enak bagi siapa saja bak rasa masakan yang lezat. Uang menggambarkan harapan, kelak nanti sang Anak tidak akan kekurangan dalam hal materi. Berjumlah sepasang, agar dalam mencari materi dia tetap menjaga hubungan baik dengan orang-orang disekelilingnya, tidak asal ’tabrak’ dan juga agar tidak lupa bersedekah jika lebih.

Jarum yang tajam adalah gambaran pikiran yang tajam dari sang anak. Beras merah meyimpan harapan agar sang anak tidak pernah kekurangan pangan. Dipilih Beras Merah dengan maksud apa yang dimakan memberikan kekuatan dan kesehatan bagi sang bayi. Beras Merah juga menggambarkan kejujuran dalam berusaha, dan lambang keterikatan dengan keluarga. Sedang warna merah sendiri dalam budaya Jawa menggambarkan sisi keduniawian dari kehidupan. Kertas bertuliskan huruf Arab, Jawa dan Latin, dimaksudkan agar sang anak akan menjadi anak yang beragama, cerdas secara spiritual, emosi dan rasio. Gantal (sirih) menjadikan anak tumbuh sehat dan kuat, serta kelak akan mendapat jodoh yang ideal. Kesemuanya itu beserta tembuni dimasukkan kedalam mori putih, sebagai lambang kepasrahan kepada Yang Maha Esa atas segala doa dan harapan yang dibubungkan dan daya upaya yang telah dilakukan.

Selanjutnya kita simak lanjutan Kidungan di atas tersebut sebagai berikut:

(4) Kutu-kutu walang ataga sami, bareng laringong.
Kang gumremet kang kumelip kabeh, lah tunggunen gusti arsa guling sira sun opahi, jenang sungsum telu.

(5) Dandanane saking suwarga di, batok isi konyoh.
Batok tasik tapel lan pupuke, ana nggawa bokor lawan kendi, ana nggawa maning kebut wiyah payung.

(6) Widadari gumrubyung nekani pra samya amomong ana ngreksa in kanan kering.
Ana nggawa kasur lawan guling kajang sirah adi, kemul sutra alus.

(7) Benjang lamun bayi neka nangis, ingembana gupoh.
Marang latar pojok lor prenahe, pra leluhur rawuh anyuwuki, meneng aja nangis, jabang bayi turu.

Bait 4, menyatakan agar si Orang Tua membuat bubur sumsum sebagai sarana penolak segala penyakit dan bahaya. Kemudian di saat akan menananam kendil berisi tembuni, Bapak dan Ibu harus berdandan rapi seperti akan pergi ke pesta. Kendil di gendong menggunakan selendang, dan dilambari kasur kecil lengkap dengan bantal dan gulingnya, serta diselimuti sutra halus. Sang Ayah berdiri di sampingnya sambil memayungi Sang Ibu yang menggendong kendil berisi tembuni, di tangan satunya membawa kebutan.

Selanjutnya kendil tersebut dimasukkan ke dalam lubang tanah yang telah disiapkan dan ditimbun dengan rapi. Bila malam datang, tepat di atas timbunan itu diberi lampu minyak tanah (senthir), dan agar tidak mati tertiup angin ditutupi oleh kendil yang dibalik yang telah dilubangi dasarnya. Biasanya pemasangan senthir ini dilakukan minimal 35 hari (selapan) dan kadang sampai 3 bulan lamanya.

Dalam bait terakhir, dinyatakan apabila kelak sang bayi menangis terus. Maka orang tua harus menggendongnya ke pojok utara pekarangan rumahnya, dengan maksud agar para leluhur datang untuk menghibur bayi agar tenang.


Taurus In Motivation
Read More

Aghori Sadhus, Ritual Sekte Pemakan Mayat

14.49 | ,

Di salah satu tempat, seorang lelaki yang hanya mengenakan secarik cawat dan berambut riap-riapan nampak melakukan meditiasi walau sesekali tanganya mengorek-ngorek api unggun seolah mencari-cari sesuatu. Di sampingnya seonggok tengkorak kepala manusia yang berisi minuman beralkohol. Mulut tipisnya berkomat-kamit membaca mantra.


Kadang diselingi pula dengan teriakan-teriakan seperti menggeram. Matanya lurus memandang ke arah api unggun di depannya. Kokiers, sesungguhnya api unggun tersebut bukanlah api unggun biasa melainkan api sisa kremasi. Dan 'sesuatu yang nampak dicari-cari oleh lelaki kurus itu, sejatinya adalah seonggok daging mayat sisa yang belum habis terbakar. Dan ketika lelaki berambut gondrong itu menemukan sebongkah daging panggang, tanpa ragu, diemplok di mulutnya, dan seketika mulutnyapun berkejap menikmati daging panggang.

Seekor anjing nampak hilir mudik mengelilingi lelaki tersebut. Nampaknya iapun ingin minta jatah. Sudah menjadi rahasia umum, mengapa anjing-anjing yang hidup di sekitar sungai Gangga nampak ginuk-ginuk lemu. Ya, karena hampir tiaphari makan 'daging istimewa'.


Pemandangan seperti ini bukanlah ilustrasi dari sebuah film rekaan manusia, namun merupakan pemandangan nyata di beberapa wilayah tepian sungai Gangga India. Nampak mengerikan memang. Sahabat anehdidunia.com lelaki misterius yang aku saksikan di video ini bukan merupakan satu-satunya lelaki yang mengais-ngais rejeki dari sisa-sisa kremasi, namun hanya merupakan satu contoh kehidupan seorang Sadhu Aghori.

Sebuah sekte kecil penyembah Dewa Shiva yang masih eksis di daratan India. Kehidupan Aghori menjadi sangat menarik kaum awam karena kehidupan Sadhu Aghori sangat aneh sampai to the point sangat ekstrim yaitu kanibalisme. Dan inilah yang menarik banyak jurnalis dunia untuk datang ke India dan segaja mengorek kisah kehidupan unik mereka.



Dunia memang unik, berbagai budaya dari berbagai bangsa di belahan bumi manapun, masing-masing ikut menyumbang keunikan dan kekayaan budaya dunia. Dimulai dari jaman dahulu kala sampai di jaman yang serba modern, kebudayaan terus berkembang, seiring dengan majunya tekhnologi, budaya akan terus mengikuti perkembangan jaman maupun pola pikir manusia. Namun demikian sahabat anehdidunia.com tidak dapat dipungkiri dari sekian banyak budaya yang berkembang, masih ada sebagian orang yang mempertahankan mati-matian suatu budaya atau adat tertentu. Oleh karena itu perkembangan tekhnologi tidak mampu menggoyahkan budaya leluhur yang sudah mengurat akar di sebagian kelompok masyarakat dunia.


Dari sekian banyak budaya yang masih dipertahankan adalah budaya yang berkaitan dengan spiritualitas ( baca : agama). Ada beberapa kebiasaan di suatu kelompok tertentu baik yang berkaitan dengan spiritual maupun hanya sekedar temporary yang dianggap di luar normal bahkan mungkin saking tidak normalnya menimbulkan rasa jijik yang luar biasa. Dan ini terjadi di manapun, baik di Amerika, Asia , Afrika maupun Eropa.


Salah satu kebiasaan yang menjijikkan adalah suatu sekte yang dianggap suci oleh sekelompok kecil masyarakat di India. Sekte tersebut adalah Aghori Sadhus.

Aghori bagi sekelompok tertentu adalah orang yang dianggap mumpuni sekaligus sakti, banyak orang yang minta berkah maupun doa kepada para Sadhu, bahkan Aghori juga bisa bertindak sebagai dukun pengusir makhluk halus maupun mengundang makhluk halus. Ada ritual khusus yang menjadi ciri khas sekte ini.

Menjijikan sekaligus mendirikan bulu roma karena sekte ini melakukan praktek kanibalisme, alias makan daging manusia. Baik yang dimasak maupun dimakan begitu saja alias mentah-mentah, baik daging segar maupun 'tiren' alias mati kemaren. Meaning : sudah setengah atau full membusuk. Tiada rasa jijik. Mengkonsumsi daging manusia dianggap ritual puncak untuk menyempurnakan dan mensucikan diri. Jiwa yang suci adalah jiwa yang apa adanya natural dan hidup apa adanya.


Aghori walau di-claim sebagai sekte dalam agama Hindu, namun oleh kalangan Hindu India sendiri, mereka dianggap di luar agama mereka. Alasan : their bizzare practice of cannibalism maupun hobi ber-halusinasi dengan kanabis serta konsumsi alkohol dalam kehidupan sehari-harinya.

Sahabat anehdidunia.com konon, menurut salah seorang Aghori yang diwawancarai seorang jurnalis Australia, cannabis maupun alkohol adalah penyumbang utama atas 'keberaniannya' mengunyah daging manusia! Dengan halusinasi dan mabuk, seorang Aghori mampu menyarukan rasa mual dan eneg luar biasa ketika makan daging manusia terutama daging yang sudah membusuk. Itulah salah satu cara mematikan segala rasa untuk bisa menikmati daging manusia.


Para Aghori atau disebut juga cukup dengan Aghor, umumnya tinggal di tepi sungai Gangga tidak jauh dari tempat-tempat kremasi. Mereka meninggalkan kesenangan duniawi dan hidup apa adanya kembali ke natural, dan makan apapun yang tersedia di hadapannya.


Untuk menjadi seorang Aghor tentu saja tidak mudah, harus melalui ritual-ritual khusus yang diberikan oleh gurunya, sebagai tahap awal seperti : minum air atau makan abu mayat kremasi, kemudian melumuri seluruh badan mereka dengan abu mayat, serta calon Aghori harus mencari tengkorak kepala manusia yang banyak berserakan di sepanjang sungai Gangga untuk dijadikan mangkok suci dan sebagai tempat minum sehari-hari.


Mereka juga tidak boleh menikah namun boleh melakukan hubungan seksual dengan perempuan manapun dengan syarat tidak boleh ejakulasi saat melakukan bubungan seksual tersebut.


Dan konon para Aghori ini tidak kesulitan untuk mencari perempuan yang mau suka rela tidur dengannya karena banyak wanita yang rela menyerahkan diri kepada mereka. Para perempuan tersebut malah bangga jika berhasil melakukan hubungan badan dengan orang suci ini.


Para Aghori umumnya telanjang kecuali secarik cawat yang menutup alat vitalnya. Jika mereka berpakaianpun, umumnya pakaian diambil dari mayat yang akan di kremasi yang diberikan oleh anggota keluarga yang meninggal. Yang mengejutkan dunia luar adalah, para Aghori ini memakan mayat manusia, umumnya sisa-sisa daging mayat yang tidak hancur di kremasi.


Walau demikian, Aghori konon berhati lembut dan tidak mau membunuh makhluk hidup, dan alasan mengapa mereka makan daging manusia yang oleh banyak orang disebut barbar, mereka beralasan bahwa walau mereka makan daging manusia namun mereka tidak membunuh, jadi mereka bukanlah merupakan sosok yang kejam.


Memakan daging manusia yang sudah meninggal merupakan puncak penyatuan jiwa dengan alam. Kehidupan seorang Aghori dimulai malam hari. Mereka melakukan meditasi di samping bekas-bekas kremasi dan sesekali mengorek daging bekas kremasi dan tanpa ragu mulai makan.

Aghori sehari-harinya nya memang tinggal di area-area kremasi. Kadang merekapun melakukan meditasi di atas tubuh mayat. Mereka makan apa saja yang dianggap menjijikkan, katakan dari kotoran hewan, air kencing, sisa-sisa sampah dan lain-lain.


Taurus In Motivation
Read More