MEMOTIVASI DAN TERUS MENCARI JATI DIRI

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA

21.40 | , , , ,



rindu-ibu
Anaku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan
deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah
lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu,
seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu
sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus
perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas
aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak
mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian
kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air
mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat.
Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin
melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun
berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu.
Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku
tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak
diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski
melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah
ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat
anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar
sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku.
Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima
kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu.
Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah
kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan
dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai
pembantu,
mana upah Ibu selama ini ?

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan
luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan,
sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada
Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada
orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan
hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai
hati melakukannya,

Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan
cahaya diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal
dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat
kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi
Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah
air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika
engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih
maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga)
menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan
yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah
persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah
belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah …..
Ingatlah….
Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah
mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.

Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi
orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa salam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada
orang tua.

0 komentar:

Posting Komentar